Konsultan TI multinasional Devoteam G Cloud telah bermitra dengan Google Cloud untuk memodernisasi bank perkreditan rakyat (BPR) di Indonesia, menyusul kebangkrutan beberapa bank tersebut pada tahun 2024.
Hingga Mei 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mencabut izin 11 BPR. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah mencairkan klaim simpanan nasabah bank tersebut sebesar Rp 300 miliar.
Fanly Tanto, Country Director Google Cloud, Senin mengatakan bahwa di era digital ini, BPR dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dapat meningkatkan layanannya dengan mengadopsi kemajuan teknologi terkini.
Sejak tahun 2023, OJK secara konsisten mendesak BPR dan BPRS untuk melakukan digitalisasi operasional agar lebih efisien.
“Kemajuan signifikan dapat dilakukan di industri BPR/BPRS dengan menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan algoritma pembelajaran mesin untuk verifikasi data nasabah, perumusan rencana pemasaran, dan mendeteksi aktivitas yang tidak biasa,” ujarnya.
Untuk mendorong digitalisasi di industri jasa keuangan, Devoteam dan Google Cloud bersama-sama menyelenggarakan acara bertajuk “Mengenal Google Cloud untuk Industri Jasa Keuangan” yang dihadiri oleh lebih dari 100 BPR dari seluruh Indonesia.
Acara ini bertujuan untuk mengenalkan BPR/BPRS dengan berbagai alat Google Cloud yang dapat meningkatkan operasional bisnis mereka.
“Teknologi dapat mempermudah proses pembukaan rekening, menjadi lebih mudah, efisien waktu, dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun, apalagi saat ini banyak nasabah yang menginginkan layanan 24 jam,” jelas Fanly.
Komang Mertayasa, Artificial Intelligence & Machine Learning Engineer Devoteam G Cloud, menambahkan bahwa AI generatif dapat membantu BPR/BPRS meningkatkan operasional bisnis dengan cepat dan efisien, meningkatkan layanan pelanggan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mentransformasi pengelolaan data keuangan.